Kegelisahan, keresahan, dan kekesalan yang saya alami akhir-akhir ini membuat saya menumpahkannya pada tulisan, baik di buku diary, pada postingan blog, bahkan status di facebook. Sebenarnya semua itu bukan berarti saya mau show off, namun hanya dengan sarana itu saya bisa melakukannya dan ada sedikit kelegaan ketika saya bisa menorehkan kata-kata itu . Di status facebook saya akhir-akhir ini selalu bertuliskan “NO COMMENT!”, “sedang mencari jalan keluar…”, “mencari celah baru…semoga berhasil!” seolah-olah begitu banyak tanda tanya yang tidak bisa saya jawab. Begitu banyak keinginan, impian dan harapan yang ingin saya raih, namun juga ada masalah-masalah yang membebani pikiran saya hingga saya bingung dan tak tahu harus bagaimana.
Dari status di facebook yang saya tulis itu ternyata mengundang simpati dari salah satu teman di web community tersebut. Sebenarnya saya sih nggak minta simpati dari orang lain, apalagi meminta orang lain berkomentar atas apa yang saya rasakan. Cuma saya merasa kok ada yang masih peduli atas apa yang saya alami, walaupun dia nggak tahu persis apa yang sedang saya alami saat ini. Jadi, mungkin itu kali gunanya facebook sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama di dunia maya, dan menurut saya memang menguntungkan.
Setelah ngobrol-ngobrol lewat web community tersebut, dia mengirimkan pesan cerita tentang The Alchemist. Membaca pesannya seolah-olah saya sedang didongengi oleh nenek saya pada waktu saya kecil dulu, karena setelah nenek saya mendongeng beliau selalu menyampaikan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dari cerita tersebut. Ada ketenangan dalam batin saya setelah membaca pesan cerita tersebut. Ada pesan yang bisa saya ambil untuk hidup saya termasuk dalam menghadapi pergumulan yang sedang saya alami saat ini. Pesan cerita yang teman saya kirimkan kepada saya seperti ini…
Anggun, aku tak tahu apa yang tengah kaucari. Tapi cerita ini bisa kau renungkan.
Paulo Cuelho adalah penulis Brazil yang sangat populer setelah menulis The Alchemist. Di kamus, alkemis adalah orang yang punya kepandaian seperti filsuf dan paham alkimia, dan bisa mengubah logam menjadi emas.
Kisah terjadi di Spanyol (kalau tak salah Tenerife) dengan tokoh anak lelaki penggembala bernama Santiago. Bocah ini biasa menggembalakan domba secara berkeliling, mencari padang-padang rumput.
Suatu malam, dia dan domba-dombanya bermalam di sebuah puing gereja tua. Dia tidur di bawah pohon sikamor dekat altar. Di situ dia bermimpi bahwa ada harta karun di bawah sebuah piramida di Mesir. Dia tak percaya, tapi tetap pergi ke peramal. Si peramal meminta bagian kalau mimpi itu jadi kenyataan. Sebenarnya Santiago ragu-ragu. Sebab, dia terpikat pada anak gadis pembeli bulu domba tempat Santiago biasa menjual bulu dombanya. Akhirnya dia pergi setelah menjual semua dombanya. Uang itu dia pakai untuk menyeberang ke Maroko. (Dari Tenerife ke Maroko hanya menyeberang Selat Gibraltar atau Jabaltarik). Dari Maroko dia akan melakukan perjalanan darat ke Mesir. Di Maroko, dia ditipu seseorang. Uangnya ludes dan dia menyesali keputusannya pergi. Frustrasi, dia melihat sebuah toko antik yang menjual barang-barang dari kaca. Dia mencoba peruntungan dengan menawarkan diri sebagai pekerjanya. Si pemilik yang kebetulan lagi sepi jualannya tak segera menerimanya. Tapi ia merasa Santiago membawa keberuntungan. Karena begitu si bocah gembala datang, datang pula beberapa pembeli yang berbulan-bulan tak pernah dirasakan si pemilik toko. Santiago hanya meminta bayaran sedikit yakni untuk ongkos kembali ke Spanyol. Dua tahun di situ dan si pemilik tak mau tidak membayar Santiago. Dan toko itu berkembang pesat karena banyak kafilah mampir. Ada percakapan yang menarik antara dia dengan pemilik toko perihal IMPIAN. Santiago bercerita ingin pergi ke Mesir tapi nasib malangnya hanya membuat dia jadi pelayan di situ. Si pemilik bercerita bahwa dia ingin naik haji ke Mekkah kalau ada uang. Tapi begitu dia punya uang dia tak menunaikan keinginan itu. Santiago bertanya,"kenapa tuan?" "Kalau saya pergi dan berhasil naik haji, saya tak lagi punya impian. Saya merasa hidup dengan impian itu."
Ya, itu menarik. Santiago sendiri akhirnya memutuskan untuk tak lagi bermimpi tentang harta karun di piramida. Dia berkehendak menjadi gembala lagi setelah bisa membeli domba dari bayarannya selama dua tahun. Dua tahun berlalu dan si bocah hendak kembali ke Spanyol, menjadi gembala dan menemui anak gadis si pencukur domba. Tapi ketika hendak pulang, di tengah jalan dia berpapasan dengan kabilah yang hendak ke padang pasir. Singkat cerita, dia ikut dalam karavan dan banyak kisah menarik terutama mengenai perang padang pasir dan kehidupan di oase. Pada suatu oase, dia bertemu Fatima, gadis Arab dan merasa jatuh cinta. Dia merasa telah menemukan harta karun yang dia cari. Dia ingin tinggal di situ dan menikahi Fatima. Tapi lalu dia bertemu dengan Sang Alkemis yang dengan pandangan-pandangan filsafatnya mendorong Santiago mewujudkan mimpinya pergi ke Mesir. Ada banyak peristiwa fantastis. Tapi singkatnya, Santiago pergi ke Mesir dengan membawa sebongkah emas yang dibuat Sang Alkemis. Sampai di sebuah piramida, dia mulai menggali. Lalu datang dua orang yang merampok emas miliknya.Dia tidak dibunuh, dan salah seorang perampoknya bertanya mengapa Santiago melakukan pekerjaan gila mencangkuli pasir piramid. Santiago menjawab, "Saya bermimpi ada harta karun di bawah piramida ini? Dua Perampok itu tertawa. salah seorang berkata, ''Bodoh benar orang yang melakukan perjalanan sangat jauh hanya karena mengikuti impiannya. Dua tahun lalu, saya tidur di bawah piramida ini, dan bermimpi ada harta karun di bawah pohon sikamor pada puing gereja tua di Spanyol. Tapi aku tidak bodoh untuk pergi ke sana."
Mendengar itu, Santiago yakin, di mana dia harus mencari harta karun itu. Dia pulang ke Spanyol (tidak diceritakan prosesnya tapi pembaca bisa membayangkan kesulitan yang dia alami). Dan benar, di bawah pohon sikamor ada tumpukan harta karun. Sekian ratus keping mata uang kuno emas, sebuah topeng emas, dan lain-lain yang merupakan peninggalan zaman Inquistadores (zaman ketika Spanyol melakukan invansike beberapa negara di Amerika Latin).
Dengan kekayaan itu, Santiago tahu ke mana harus pergi. ke Fatima, harta karunnya yang paling utama...
Bayangkan Nggun, bagaimana seandainya Santiago tidak ke Mesir, dia tidak akan tahu bahwa di bawah tempatnya tidur dan bermimpi tentang harta karun itulah sebenarnya harta karun itu. Ya, tapi untuk mendapatkan sesuatu orang memang mesti mencari, kalau dia tak mencari, tak bakal dia menemukan "HARTA KARUN" itu. Jadi, nggun. Ikutilah mimpi kita yang pasti tak mudah...
Yah, kira-kira seperti itulah pesan cerita yang dia kirimkan kepada saya. Membaca cerita itu hati saya mulai tergugah dan semangat saya mulai bangkit untuk meraih impian saya. Saya mulai berpikir banyak jalan yang harus saya jalani dan hadapi di dalam hidup ini. Dan orang-orang yang tidak sengaja saya temui di dunia ini, baik di dunia nyata ataupun dunia maya adalah memang orang-orang yang juga sangat berarti di dalam hidup saya.
Jadi, inti cerita dan pelajaran yang dapat saya petik dari kisah The Alchemist tersebut adalah bahwa mimpi yang kita anggap sebagai bunga tidur itu sebenarnya bisa menjadi kenyataan jika kita mau berusaha untuk mencari dan mencapainya. Dengan semangat dan doa pastinya, tanpa kita sadari mimpi kita bisa menjadi kenyataan. Dan tetap yakin bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
Untuk temanku, Thanks banget yah Bro…?! Label: curhat, KISAH, perenungan, pesan |
Paolo Coelho emang keren!
salah satu pengarang favorit saya.
coba baca juga deh 12 minutues!
:) salam kenal dan enjoy!