Agni duduk di sebuah kafe yang sudah lama sekali tak ia kunjungi. Kafe ini tak banyak berubah hanya penataan perabotannya saja yang berbeda. Sebenarnya kalau bukan ingin menepati janji untuk bertemu temannya di kafe ini Agni tak ingin datang ke kafe ini lagi, karena itu sama saja membangunkan kenangan yang telah lama ia kubur bersama waktu. Tiba-tiba ada suara yang berasal dari arah belakang mengagetkannya. Suara dengan intonasi yang sama dan helaan nafas yang berat karena mungkin nikotin telah memberatkan paru-parunya serta bau parfum yang tidak asing di bagi Agni. “Halo, apa kabar?” Muka Agni langsung pucat pasi ketika orang itu sudah ada didepannya, jantungnya berdegup aneh, tubuhnya seketika menjadi panas dan tangannya menjadi dingin, sensasi dan reaksi yang tidak biasanya dia rasakan. Apakah rasa benci yang begitu dalam atau perasaan lain yang membuat jantungnya berdetak tidak normal seperti ini? Orang itu langsung menjabat tangannya dan tanpa disadari Agni mengulurkan tangannya. “Baik,” jawab Agni. “Sudah lama ya kita tidak bertemu?” “Ah, kata-kata yang terlalu biasa dan sangat basi,” batin Agni. Agni tidak ingin menatap wajah orang didepannya itu, tapi dari ekor matanya Agni melihat wajah yang sangat familiar dan tidak banyak berubah hanya kelihatan kurus dan matanya tampak cekung. Orang itu adalah Arka. Arka adalah bagian dari masa lalu Agni. Orang yang pernah singgah dan mungkin bisa di bilang hanya numpang lewat di dalam kehidupan Agni. Tapi kesan dan kenangan yang Arka tinggalkan di hati Agni tidak mudah Agni lupakan begitu saja meskipun Agni berusaha melupakannya. Agni tidak pernah lupa betapa khilafnya dia bisa jatuh cinta dengan Arka. Mungkin dulu Agni masih naif dan terlalu bodoh sehingga bisa dibohongi dan akhirnya bisa jatuh cinta dengan Arka. Mungkin pada waktu itu Agni belum bisa membedakan dan mengerti mana orang yang punya niat tulus dan pura-pura baik kepadanya. “ Kemana saja? Aku kehilanganmu, aku mencari tahu tentang keberadaanmu lewat teman-temanmu yang biasa datang kesini tapi mereka juga tidak tahu tentangmu dan kamu benar-benar melupakanku. ” “Sudah seharusnya seperti itu, bukan? Dan memang sepantasnya aku harus menghindarimu dan menjauhimu karena aku memang tak pantas untuk dirimu, tapi tepatnya kamu yang tak pantas untuk diriku” “Kamu sekarang tampak beda, kamu berubah” “Maaf, mungkin hanya perasaanmu saja. Aku tetap diriku yang dulu aku tak pernah merasa berubah, kecuali ada sesuatu yang membuatku berubah.” “Agni, aku tak bisa melupakanmu?” “Kenapa kau tak bisa melupakanku? Aku kan hanya sesaat ada di hidupmu dan mungkin tidak berarti bagi hidupmu.” “Tapi aku memang tidak bisa melupakanmu dan kamu bukan sesuatu yang sesaat di dalam hidupku.” “Lalu apa alasanmu tidak bisa melupakanku? Dalih apa yang akan kau katakan kepadaku? Apa karena kau pernah bilang sayang padaku? Apa karena kau pernah bilang kau jatuh cinta padaku? Maaf aku tak tersentuh bahkan aku sangsi dengan perasaan sejatimu dulu. Bagaimana mungkin kau bilang menyayangiku sedangkan disisimu sudah ada perempuan lain yang lebih berhak. Asal kau tahu saja, aku bukan perempuan seperti Nina, Eni, Tania, April, Nita, Rosi dan atau perempuan lain yang mungkin juga pernah kau singgahi dan kemudian kau ceritakan kisahmu dengan mereka kepada orang-orang.” “Maafkan aku karena tak bisa membuktikannya kepadamu karena aku merasa bersalah padamu.” “ Yah, aku tahu kenapa kau merasa bersalah padaku karena kau telah menorehkan luka dihatiku yang polos. Tapi aku tidak bodoh, aku orang yang realistis, aku tak mau menjalani hubungan yang tidak jelas dan tidak pasti, hubungan yang kita jalani dulu bukan hubungan yang aku inginkan. Kamu pikir kata sayang saja cukup untuk mengukur kesungguhanmu padaku tanpa ada bukti nyata? Nope, Arka!” “Tapi kamu dulu juga bilang kalau kau mencintaiku.” “Betul, dulu memang aku mencintaimu. Namun akhirnya aku capek karena kau mempermainkanku sehingga kulepaskan semua perasaanku. Arka, semua kini telah berakhir, cinta kita telah usai, dan semuanya kini sudah berlalu dan terkubur bersama waktu. Aku punya kehidupan baru yang lebih berarti dan lebih pasti” “Agni, apakah masih ada tempat untukku dihatimu?” “Masih ada, kau tak perlu kuatir tentang itu karena aku masih peduli kepadamu sebagai teman, dan tetap menganggapmu sebagai kakakku.” “Apakah sudah ada yang lain? Siapa lelaki yang beruntung itu?” “Ya, sudah dan aku mencintainya. Aku tak tahu apa dia lelaki yang beruntung mendapatkanku, tapi aku merasa beruntung mendapatkannya. Dan apakah aku akan bersamanya untuk selamanya? Itu hanya Tuhan yang tahu tentang itu. Maaf, Arka aku harus pamit itu temanku sudah datang dan aku harus menemuinya.” Ketika Agni pergi meninggalkan tempat itu Agni tidak tahu reaksi apa yang terjadi pada Arka. Tapi Agni berharap semoga tidak ada beban lagi antara dia dengan Arka. Dan semoga apa yang pernah dia lalui bersama Arka bisa menjadi pelajaran hidupnya.
Label: fiksi, imajinasi, story |
Hmm.. pagi2 sudah disuguhi cerpen, mau lagi dooong, hihihi...